Menu Drodown

March 26, 2020

Uji Coba Ujian Sekolah Mapel PAI dan BP Paket 4


Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling tepat dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D pada lembar jawaban yang telah disediakan!.
1.      Perhatikan Q.S. al-Isra/17: 26 berikut ini!


Lafal yang bergaris bawah secara berurutan mengandung hukum bacaan mad dan alasannya yaitu….
A.    mad thabi’i karena terdapat ya sukun setelah kasrah, mad iwad karena terdapat kasrah tanwin (kasratain) di akhir kalimat dan diwakafkan
B.     mad thabi’i karena terdapat ya sukun setelah huruf kaf, mad iwad karena terdapat fathah tanwin (fathatain) di akhir kalimat dan tidak diwakafkan
C.     mad thabi’i karena terdapat ya sukun setelah kasrah, mad iwad karena terdapat fathah tanwin (fathatain) bertemu dengan alif di akhir kalimat dan diwakafkan
D.    mad thabi’i karena terdapat ya sukun sebelum huruf nun, mad iwad karena terdapat fathah tanwin (fathatain) di akhir kalimat dan sebelumnya ada huruf ya.


February 11, 2020

Latihan Soal USBN Th 2019



Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling tepat dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf A, B, C atau D pada lembar jawaban yang telah disediakan!

1.      Perhatikan Q.S. Ar-Rahman: 33 berikut ini!

Berdasarkan ayat yang bergaris bawah tersebut, maka perbedaan antara alif lam syamsiah dengan alif lam qamariah yang benar adalah....
A.    Ayat yang bergaris bawah nomor 1 adalah contoh ayat yang mengandung alim lam qamariah, karena alif lamnya dibaca dengan jelas, sedangkan ayat yang bergaris bawah nomor 2 adalah contoh ayat yang mengandung alif lam syamsiah, karena alif lamnya tidak dibaca.
B.     Ayat yang bergaris bawah nomor 1 adalah contoh ayat yang mengandung alim lam syamsiah, karena alif lamnya dibaca dengan jelas, sedangkan ayat yang bergaris bawah nomor 2 adalah contoh ayat yang mengandung alif lam qamariah, karena alif lamnya tidak dibaca.
C.     Ayat yang bergaris bawah nomor 1 adalah contoh ayat yang mengandung alim lam qamariah, karena alif lamnya tidak dibaca, sedangkan ayat yang bergaris bawah nomor 2 adalah contoh ayat yang mengandung alif lam syamsiah, karena alif lamnya dibaca dengan jelas.
D.    Ayat yang bergaris bawah nomor 1 adalah contoh ayat yang mengandung alim lam syamsiah, karena alif lamnya tidak dibaca, sedangkan ayat yang bergaris bawah nomor 2 adalah contoh ayat yang mengandung alif lam qamariah, karena alif lamnya dibaca dengan jelas.

February 4, 2020

Meyakini Keberadaan Kitab-Kitab Allah SWT

Meyakini atau beriman kepada kitab-kitab Allah merupakan salah satu bagian dari rukun Iman yang enam, yaitu merupakan rukun iman yang ketiga dari susunan keimanan yang ada dalam Islam. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Nabi SAW :
Artinya :
Iman itu ialah engkau percaya adanya Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau percaya adanya takdir baik atau buruk dari Nya. (H.R. Muslim).
Iman kepada kitab-kitab Allah, berarti tidak hanya beriman kepada adanya Al-qur’an saja. Tetapi juga beriman kepada segala kitab yang diturunkan dalam semua masa serta yang diturunkan kepada tiap-tiap umat.
Menurut ajaran Al-qur’an bahwa tiap-tiap umat, dimanapun ia berada dimuka bumi ini, kepada umat itu diturunkan kitab (wahyu). Karena itu orang Islam harus percaya adanya kitab-kitab Allah selain daripada Al-qur’an.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengertian Iman kepada kitab-kitab Allah adalah mempercayai dan meyakini terhadap adanya kitab-kitab Allah yang berisi firman –firman-Nya untuk dijadikan pedoman hidup dalam mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Beriman kepada kitab-kitab Allah ini sebagaimana disebutkan dalam Al-qur’an surat Annisa : 136:

Memahami 10 Makna Asmaul Husna

          Asmaul Husna adalah nama-nama Allah yang baik atau sifat yang indah bagi Allah SWT. Asmaul Husna semuanya berjumlah 99 nama yang tercantum (tercatat) di dalam surat-surat Al-Qur’an.

          Mengenai nama-nama Allah yang banyaknya 99 nama itu telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
 Artinya :
          Sesungguhnya bagi Allah itu ada 99 nama, yatu seratus kurang satu, Barang siapa yang menghafalkannya, baginya akan masuk surga. Sesungguhnya dia itu ganjil (tidak genap), dia menyukai yang ganjil.  (H.R. Baihaqi)
          Sebenarnya nama-nama Allah SWT yang banyaknya 99 nama itu bukan hanya sekedar nama saja, melainkan bila nama-nama itu disebutkan dengan mendahulukan huruf “Yaa /     “ sebagai isyarat memanggil untuk sesuatu permohonan, maka timbullah pengaruh dan manfaat yang besar bagi yang membacanya. Misalnya kita memohon supaya diberik ilmu pengetahuan yang bermanfat, maka yang kita baca adalah  “             “ artinya wahai Dzat yang maha mengetahui. Dan bila kita memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang pernah kita lakukan, maka yang kita baca adalah ”             “   atau “            “ artinya wahai Dzat Yang Maha Mengampuni Hamba-Nya yang berbuat dosa, dan sebagainya. Anjuran berdo’a kepada Allah SWT dengan menyebut nama-nama-Nya adalah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al’Araaf : 180

Pentingnya Pendidikan Multikultural di Sekolah

Pentingnya Pendidikan Multikultural di Sekolah
Oleh: Drs. Nurul Muhson, M.Pd

BAB I
PENDAHULUAN
  A. Latar Belakang Masalah
Meskipun integrasi secara nasional sudah terbentuk sejak lama, namun   kenyataannya bangsa Indonesia selalu mengalami konflik. Konflik yang bermuatan SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan ) akhir-akhir ini memang sering terjadi sehingga sangat mengganggu ketentraman kehidupan kita.
Belum lagi jika kita melihat  di  era reformasi ini banyak terjadi kerusuhan dan bentrokan di berbagai tempat dan beberapa  daerah. Kita lihat misalnya di kota-kota besar banyak terjadi demo yang anarkhir, bentrokan antar kampung dan antar warga, rebutan lahan antar preman, ada tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.
Kita sangat sedih melihat terjadinya berbagai macam perpecahan atau konflik  sebagaimana tersebut. Oleh sebab itu, dengan latar belakang seperti ini maka sudah saatnya  guru pendidikan agama Islam harus berani di garda terdepan untuk membuat paradigma baru dalam menjaga keutuhan bangsa  agar tidak terjadi konflik sosial yang lebih besar yang mengarah kepada  disintegrasi bangsa. yaitu dengan berpikir bagaimana cara membuat paradigma baru yang tepat dalam implementasi pengembangan    pendidikan agama  berbasis multikultural pada sekolah-sekolah.
B. Pembatasan Masalah
Agar tidak terlalu luas dalam pembahasan masalah, maka perlu dibatasi permasalahannya. Adapun permasalahan yang diungkapkan di sini adalah sebagai berikut:
    1. Bagaimana paradigma yang tepat dalam implementasi pendidikan agama  berbasis multikultural pada sekolah ?
    2. Sejauh mana urgensi pendidikan agama  berbasis multikultural pada Sekolah ?
C. Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
Berdasarkan tema dan pembatasan masalah sebagaimana tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
  1. Mencari  paradigma  yang tepat dalam implementasi pengembangan   pendidikan agama berbasis multikultural pada sekolah ?
  2. Ingin mengetahui sejauh mana  urgensi pendidikan agama berbasis multikultural pada sekolah?

Membangun Karakter Bangsa Berbasis Agama

 

AGAMA NILAI UTAMA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Oleh: Drs. H. Fahrul Razi, M.Pd (Dosen IAIN Pontianak Kalbar)


Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang.
Thomas Lickona (seorang profesor pendidikan dari Cortland University) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda jaman yang kini terjadi, tetapi harus diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran. 10 tanda jaman itu adalah:
(1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat; (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk/tidak baku; (3) pengaruh peer-group (geng) dalam tindak kekerasan, menguat; (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba; alkohol dan seks bebas;
(5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk; (6) menurunnya etos kerja; (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru; (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok; (9) membudayanya kebohongan/ketidakjujuran, dan
(10) adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama.

Khotbah Pendidikan dalam Keluarga

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه َللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قا ل الله تعالي في القر ا ن العظيم بسم الله الر حمن الر حيم : يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Marilah kita sama-sama meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dalam arti kita senantiasa meyakini kepada Allah swt dalam  menjalankan  semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Agar  kita dan keluarga kita  tidak terjerumus kepada siksa Allah yang sangat pedih, mari kita mulai saat  ini senantiasa memperhatikan  bimbingan terhadap  anak-anak kita, sebab anak adalah amanat atau titipan  yang dibebankan kepada kita sebagi  orang tua.

Tasamuh dalam Pandangan Islam

1.  Apa itu Tasamuh?
Tasamuh artinya toleransi. Maksudnya adalah sifat atau sikap menghargai pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, dan kebiasaan yang bertentangan dengan pendirian atau pendapatnya.
2.  Tasamuh Dalam Pandangan Islam
      Islam adalah agama yang penuh toleransi terhadap agama- agama lain, buktinya jika penduduk dalam suatu negara mayoritas muslim, maka Islam tetap memberikan kebebasan kepada yang lain untuk memeluk agama yang berbeda. Ini artinya bahwa dalam Islam tidak ada pemaksaan terhadap yang lain untuk memeluk agama Islam. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk saling menghargai keyakinan yang dimiliki oleh orang lain.
Bacalah firman Allah berikut :

Pendidikan Islam di Mekah Fase Terang-Terangan

  1. Tahap terang-terangan kepada kerabat
Dakwah atau pendidikan dan pengajaran secara terang-terangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kerabatnya adalah setelah menerima wahyu Q.S. Asy-Syu’ara/26: 214-215 sebagai berikut:
Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu (Q.S. Asy-Syu’ara/26: 214-215).
Asbabun Nuzul ayat diatas dalam Qamaruddin Shaleh dkk.(1989:370) dijelaskan bahwa dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun Q.S. Asy-Syu’ara/26: 214 Rasulullah SAW memulai dakwanya kepada keluarga serumahnya, kemudian keluarga yang terdekat. Hal ini menyinggung perasaan kaum muslimin (merasa terabaikan) sehingga Allah SWT menurunkan ayat selanjutnya yaitu Q.S. Asy-Syu’ara/26: 215, sebagai perintah untuk juga memperhatikan kaum mukminin lainnya.
2. Tahap terang-terangan kepada masyarakat secara umum
Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Kemendikbud (2013:67) disebutkan bahwa wahyu Allah SWT yang memerintahkan  dakwah secara terbuka dan terang-terangan adalah Q.S. Al-Hijr/15:94 yaitu
Artinya:Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik (Q.S. Al-Hijr/15:94).
Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Kemendikbud (2013:68) dijelaskan, bahwa setelah Rasulullah SAW menerima wahyu tersebut (Q.S. Al-Hijr/15:94), beliau mulai dakwah secara terang-terangan. Pertama-tama, Nabi Muhammad SAW mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di kaki Gunung Safa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah SWT. Akan tetapi, salah seorang pamannya yang bernama Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau menerima dakwah Rasulullah SAW.

Pendidikan Islam di Mekah Fase Sembunyi-Sembunyi

Menurut  Maftuh Ahnan Asy. (2001: 35) semenjak menerima wahyu pertama di Gua Hira, terputuslah wahyu kurang lebih tiga tahun lamanya, atau kurang lebih sekitar dua setengah tahun (Taufik Rahman,1990:17) setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang pertama, barulah Rasulullah SAW menerima wahyu yang kedua kalinya, yaitu Q.S. Al-Mudatstsir/74: 1-7 sebagai berikut:
  • Wahai orang yang berkemul (berselimut)!
  • bangunlah, lalu berilah peringatan!
  • dan agungkanlah Tuhanmu,
  • dan bersihkanlah pakaianmu,
  • dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,
  • dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
  • Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.Qamaruddin Shaleh dkk.(1989:557) menyebutkan dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Ketika aku telah selesai ‘Uzlah, selama sebulan di Hira, aku turun ke lembah. Setelah sampai ke lembah ada yang memanggilku, tetapi aku tidak melihat seorang pun di sana.Aku menengadahkan kepalaku ke langit, dan tiba-tiba aku melihat malaikat yang pernah mendatangiku di gua Hira. Aku cepat-cepat pulang dan berkata (kepada orang rumah):”Selimutilah-selimutilah aku”. Maka turunlah ayat tersebut (Q.S.Al-Mudatstsir/74: 1 dan 2) sebagai perintah untuk menyingsingkan selimutnya dan berdakwah.Nurul Muhson (2004:161) menyebutkan dari beberapa sumber bahwa dengan turunnya wahyu yang kedua tersebut, mulailah Nabi Muhammad SAW secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat, seorang demi seorang agar mereka menyembah hanya kepada Allah SWT. Maka, yang mula-mula iman kepda beliau adalah istri beliau sendiri Siti Khadijah, disusul putra pamannya yang masih muda yaitu Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah budak beliau yang kemudian menjadi anak angkatnya. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW menyeru Abu Bakar As-Siddiq, dan Abu Bakar As-Siddiq pun segera beriman.
    Dengan perantaraan Abu Bakar As-Siddiq ini, banyak orang yang memeluk ajaran agama Islam dan beriman kepada Allah SWT, yaitu diantaranya Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam, Fitimah bin Khattab (adik Umar bin Khattab) beserta suaminya Said bin Zaid Al-Adawi, mereka ini disebut dengan “As-Sabiqunal Awwalun”. Dan mereka semuanya ini mendapat pendidikan dan pengajaran tentang iman dan islam dari Nabi Muhammad SAW ditempat yang tersembunyi yaitu rumah Arqam bin Abil Arqam di Kota Mekah. Samsul Nizar (2007:5) menjelaskan bahwa pendidikan atau dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW secara sumbunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya.